Jakarta (ANTARA) – Indonesia menegaskan isu transisi energi dan iklim bukan sekadar agenda internasional, melainkan sebuah prioritas nasional dan misi krusial untuk menyelamatkan rakyat dan mewujudkan kedaulatan pangan, ekonomi, serta masa depan yang berkelanjutan.
Dalam acara Indonesia Net-Zero Summit 2025 di Jakarta, Sabtu, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyoroti bahwa dampak paling terasa dari perubahan iklim adalah cuaca ekstrem, yang pada akhirnya mengancam ketahanan pangan Indonesia.
“Perubahan iklim dapat merusak ketahanan pangan kita. Anomali cuaca yang terus-menerus bisa membuat Indonesia impor beras terus” kata Zulkifli.
Pria yang akrab disapa Zulhas itu memandang transisi energi dan iklim bukan sebagai beban, melainkan jalan menuju kedaulatan ekonomi, pangan, dan masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Baca juga: Kementerian BUMN terapkan efisiensi energi, wujud komitmen lingkungan
Meskipun Indonesia siap bertransisi, ia menekankan perlunya dukungan finansial dan teknologi yang konkret dari mitra internasional. Ia mendorong COP30 di Belém, Brasil, November 2025 dapat menjadi forum solusi nyata dan pusat kolaborasi efektif, dengan menekankan mitigasi tanpa keadilan sosial hanya akan melahirkan ketimpangan baru.
Zulhas menuturkan dalam memenuhi komitmen iklim, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam pendanaan iklim yang masih jauh dari memadai.
Oleh karena itu, ia menilai penyelenggaraan nilai ekonomi karbon, khususnya melalui pasar karbon sukarela, menjadi sangat penting untuk mendukung pendanaan aksi iklim dari solusi berbasis alam (solusi berbasis alam).
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.