Pada awal Agustus 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengambil langkah kontroversial dengan memecat Komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), Erika McEntarfer, setelah laporan ketenagakerjaan Juli menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang mengecewakan, hanya 73.000 pekerjaan baru, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 110.000. Keputusan ini, yang diumumkan melalui platform media sosial Truth Social, memicu perdebatan sengit di kalangan ekonom, investor, dan pengamat kebijakan. Penasihat ekonomi Gedung Putih, termasuk Kevin Hassett dari Dewan Ekonomi Nasional, dengan tegas membela langkah ini, menyatakan bahwa tindakan tersebut diperlukan untuk memastikan integritas dan akurasi data ekonomi yang menjadi landasan pengambilan keputusan di Amerika Serikat.
Latar Belakang Keputusan Pemecatan
Laporan BLS yang dirilis pada 1 Agustus 2025, tidak hanya menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang lemah, tetapi juga merevisi turun data untuk Mei dan Juni, dengan total pengurangan 258.000 pekerjaan dari estimasi awal. Revisi ini mengindikasikan bahwa periode tiga bulan terakhir adalah yang terlemah sejak resesi akibat pandemi COVID-19 pada 2020. Trump menuduh McEntarfer, yang diangkat pada Januari 2024 oleh pemerintahan sebelumnya, memanipulasi data untuk merugikan Partai Republik dan dirinya secara pribadi, meskipun tanpa bukti konkret. Dalam unggahannya, Trump menyatakan, “Kita membutuhkan angka lapangan kerja yang akurat. Saya telah memerintahkan tim saya untuk memecat pejabat politik Biden ini segera.”
Menteri Tenaga Kerja Lori Chavez-DeRemer mendukung keputusan ini, mengonfirmasi bahwa McEntarfer telah digantikan oleh William Wiatrowski sebagai pelaksana tugas komisaris BLS. “Saya mendukung keputusan Presiden untuk memastikan rakyat Amerika bisa mempercayai data penting dari BLS,” ujar Chavez-DeRemer melalui platform X. Namun, keputusan ini menuai kritik keras, dengan ekonom seperti Jason Furman dari Harvard menyebutnya sebagai ancaman terhadap independensi lembaga statistik.
Pembelaan Penasihat Ekonomi Gedung Putih
Kevin Hassett, salah satu penasihat ekonomi utama Trump, menegaskan bahwa pemecatan McEntarfer adalah langkah strategis untuk mengatasi masalah mendasar dalam pengumpulan data ketenagakerjaan. Menurut Hassett, revisi data yang signifikan menunjukkan adanya kelemahan sistemik dalam proses BLS, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. “Pasar, perusahaan, dan pemerintah membutuhkan data yang akurat. Revisi sebesar ini menimbulkan ketidakpercayaan, dan kami tidak bisa membiarkan hal itu terus berlanjut,” katanya dalam sebuah wawancara.
Hassett juga menyoroti bahwa pengurangan anggaran BLS di bawah administrasi Trump, yang menyebabkan pengurangan cakupan survei dan peningkatan penggunaan metode imputasi (estimasi statistik), adalah bagian dari upaya efisiensi pemerintah. Meski demikian, ia berargumen bahwa tanggung jawab utama tetap ada pada kepemimpinan BLS untuk memastikan kualitas data. “Jika data tidak bisa dipercaya, maka kebijakan ekonomi kita akan goyah. Presiden Trump berkomitmen untuk menempatkan orang-orang kompeten yang dapat dipercaya di posisi kunci,” tambahnya.
Penasihat Gedung Putih lainnya, seperti Peter Navarro, juga membela keputusan ini dengan mengaitkannya pada konteks ekonomi yang lebih luas. Navarro menegaskan bahwa kebijakan tarif Trump, yang telah memicu gejolak pasar global dan penurunan saham seperti S&P 500 sebesar 1,6%, membutuhkan data yang andal untuk mendukung negosiasi perdagangan. “Kami sedang bernegosiasi dengan banyak negara untuk kepentingan Amerika. Data yang lemah atau bias dapat melemahkan posisi kita,” ujar Navarro.
Dampak Ekonomi dan Kritik
Keputusan ini terjadi di tengah tekanan ekonomi yang meningkat, sebagian besar akibat kebijakan tarif Trump yang telah menyebabkan inflasi dan melemahkan daya beli masyarakat. Laporan BLS menunjukkan tingkat pengangguran naik menjadi 4,2% pada Juli, dengan pertumbuhan upah tahunan sebesar 3,9%. Sementara Gedung Putih mengklaim bahwa kebijakan Trump mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 3% pada kuartal kedua, data lain menunjukkan penurunan investasi sektor swasta sebesar 15,6% dan persediaan barang turun 3,2%, mengindikasikan perlambatan ekonomi.
Kritik terhadap pemecatan McEntarfer datang dari berbagai pihak. Senator Demokrat Chuck Schumer menyebutnya sebagai tindakan “menembak pembawa kabar buruk,” sementara ekonom seperti Joseph Brusuelas dari RSM AS memperingatkan bahwa langkah ini dapat mengikis kepercayaan investor terhadap data pemerintah. “Laporan ketenagakerjaan adalah tulang punggung pengambilan keputusan ekonomi. Mengguncang kredibilitasnya hanya akan meningkatkan volatilitas pasar,” ujar Brusuelas.
Langkah ke Depan
Gedung Putih berjanji untuk segera menunjuk pengganti McEntarfer yang dianggap lebih kompeten. Sementara itu, William Wiatrowski, sebagai pelaksana tugas, diharapkan dapat menstabilkan operasi BLS. Hassett menegaskan bahwa administrasi Trump akan terus memprioritaskan transparansi dan akurasi data untuk mendukung agenda ekonomi, termasuk negosiasi perdagangan dan reformasi fiskal.
Keputusan ini, meskipun kontroversial, mencerminkan pendekatan agresif Trump dalam mengelola narasi ekonomi. Namun, tanpa bukti manipulasi data, langkah ini berisiko memperdalam ketidakpercayaan terhadap institusi federal, yang selama ini dianggap sebagai sumber data objektif. Dengan pasar global yang masih bergejolak akibat kebijakan tarif, fokus pada integritas data akan tetap menjadi sorotan dalam beberapa bulan mendatang.