Home Berita Konflik Thailand-Kamboja memanas, akademisi desak aksi cepat ASEAN

Konflik Thailand-Kamboja memanas, akademisi desak aksi cepat ASEAN

15

Jakarta (ANTARA) – Usaha meredakan eskalasi konflik antara Kamboja dan Thailand memerlukan tindakan cepat yang konkret dari organisasi regional Asia Tenggara, ASEAN, kata akademisi Departemen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Debbie Affianty.

Menurut Debbie, sistem yang berlaku di ASEAN selama ini cenderung lebih mengandalkan cara birokratis dan amat bergantung pada kesepakatan negara-negara anggotanya dalam menanggapi isu tertentu.

“Padahal, di lapangan sudah semakin mendesak, apalagi (bentrokan) sudah melibatkan aparat keamanan,” ucap akademisi itu usai agenda diskusi publik bersama The Habibie Center dan Misi Kanada untuk ASEAN mengenai peran wanita dalam perdamaian dan keamanan (WPS) di Jakarta, Jumat.

“Seharusnya, sedari awal ada percikan-percikan ketegangan, harus diantisipasi dengan cepat,” kata dia, menambahkan.

Mengingat konflik antara Kamboja dan Thailand saat ini telah bereskalasi menjadi bentrokan bersenjata, Debbie memandang bahwa langkah yang paling tepat saat ini adalah memanggil semua pihak terkait untuk duduk bersama dan melakukan mediasi.

“Harus ada mediator untuk menjalankan perundingan damai,” kata Debbie.

Baca juga: Wamenkopolkam: Indonesia berupaya damaikan konflik Thailand-Kamboja

Selain tindakan di tingkat kepemimpinan negara, Debbie juga menyoroti pentingnya aksi masyarakat sipil dalam mendorong perdamaian antara kedua negara berseteru tersebut.

Pasalnya, konflik bersenjata yang terjadi, meski secara kasat mata menunjukkan ancaman bagi keamanan nasional, pada akhirnya akan membawa dampak buruk bagi keamanan masyarakat yang terhambat aktivitasnya.

“Belum lagi kalau ada pertempuran terbuka, seperti kemarin, yang dampaknya dirasakan masyarakat sipil,” kata dia.

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat tajam sejak Kamis, yang dipicu oleh sengketa perbatasan atas Candi Preah Vihear, situs warisan dunia UNESCO dari abad ke-11, yang berlarut-larut.

Setelah berminggu-minggu terjadi ketegangan akibat insiden ranjau darat yang disusul aksi saling usir diplomat, bentrokan bersenjata pecah di sekitar perbatasan.

Selain itu, dilaporkan sejumlah media bahwa artileri berat dan roket pun ditembakkan di dekat kawasan candi yang disengketakan.

Merespons eskalasi konflik tersebut, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyatakan yakin bahwa kedua negara dapat menyelesaikan ketegangan dengan cara-cara damai yang sejalan dengan “prinsip-prinsip yang tercermin dalam Piagam ASEAN dan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama”.

Baca juga: Thailand setuju mediasi Malaysia, namun desak ketulusan Kamboja

Baca juga: KBRI: Tidak ada WNI jadi korban konflik Thailand-Kamboja

Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Source link