Kotim menjadi kabupaten kelima di wilayah Kalimantan Tengah yang menetapkan status siaga bencana karhutla
Sampit (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mengusulkan operasi modifikasi cuaca (OMC) menyusul ditetapkannya status siaga bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Setelah penetapan status, kami akan ajukan OMC, lalu provinsi yang mengajukan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Minggu.
Ia menyampaikan, berdasarkan rapat koordinasi bersama seluruh instansi terkait pada Kamis (31/7), Pemkab Kotim menetapkan status siaga bencana karhutla selama 90 hari, yakni 1 Agustus hingga 29 Oktober 2025.
Kotim menjadi kabupaten kelima di wilayah Kalimantan Tengah yang menetapkan status siaga bencana karhutla, setelah Kota Palangka Raya, Kabupaten Gunung Mas dan Provinsi Kalimantan Tengah.
Baca juga: Modifikasi cuaca berhasil kurangi dampak karhutla di Kabupaten Solok
Sesuai ketentuan BNPB, OMC dapat dilakukan jika provinsi sudah menetapkan status siaga bencana karhutla diikuti beberapa kabupaten di dalamnya, serta pertumbuhan awan yang cukup berdasarkan penilaian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
“Tapi untuk OMC ini pelaksanaannya berdasarkan wilayah provinsi, tidak spesifik ke kabupaten. Mudah-mudahan apabila OMC itu dilaksanakan, kita di Kotim juga kena imbasnya,” ujarnya.
Multazam melanjutkan, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya saat ini titik muka air tanah sudah turun drastis, bahkan minus lebih dari 40 persen. Kondisi ini berarti lahan menjadi sangat kering dan berisiko tinggi terhadap karhutla, terutama pada lahan gambut.
Pelaksanaan OMC yang dikenal juga sebagai hujan buatan diharapkan dapat mengatasi kekeringan dan mencegah atau meminimalkan kejadian karhutla di Kotim, khususnya menghadapi puncak musim kemarau yang diprediksi terjadi pada Agustus 2025.
Baca juga: Presiden instruksikan jajaran sediakan teknologi modern pembukaan lahan
“Yang kami khawatirkan itu karhutla di lahan gambut, kalau lahan mineral itu pemadamannya lebih cepat, sedangkan lahan gambut harus dipadamkan sampai ke dalam dan memerlukan waktu lebih lama,” jelasnya.
Multazam menambahkan, sejak awal musim kemarau di Kotim, yakni pertengahan Juli 2025, pihaknya telah menangani sedikitnya 10 kejadian karhutla.
Baca juga: Presiden tidak beri toleransi kepada korporasi yang lahannya terbakar
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Devita Maulina
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.