Joko Widodo menyatakan mendukung penuh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk pemilu 2029 mendatang. Namun mengapa dia tidak bergabung dalam kepengurusan partai?
JAKARTA: Joko Widodo pada akhir pekan lalu menyatakan dia akan mendukung penuh Partai Solidaritas Indonesia (PSI), sebuah pernyataan paling tegas Jokowi soal apa kendaraan politiknya usai tidak lagi menjabat presiden Indonesia.
Para pengamat mengatakan bahwa publik akan mencermati apakah kehadiran Jokowi bisa mendongkrak popularitas PSI pada pemilu 2029 setelah terpuruk dalam dua pemilu terakhir.
Namun peran Jokowi masih dipertanyakan karena dia tidak secara resmi menjabat di kepemimpinan PSI. Para pengamat menduga, Jokowi tengah mengincar bergabung dengan partai lain yang lebih besar.
Sejak tidak lagi menjabat presiden pada Oktober 2024 dan setelah dipecat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) karena tidak mendukung Ganjar Pranowo dalam pilpres, para pengamat mengatakan pengaruh Jokowi kini kian memudar.
Seluruh mata kini tertuju pada Jokowi yang berbicara pada Kongres PSI di Solo Sabtu lalu (19/7), di mana putranya, Kaesang Pangarep, terpilih kembali menjadi ketua partai.
“Saya akan full mendukung PSI … saya akan bekerja keras untuk PSI,” kata Jokowi.
Jokowi dalam pidatonya tersebut juga memerintahkan agar PSI mulai menyelesaikan struktur partai sebagai mesin penggerak demi mengerti aspirasi masyarakat di seluruh
“(Jika) Targetnya 2029 masuk ke Senayan (menjadi anggota parlemen), saya kira itu jangan dijadikan target. Karena memang itu harus. Terlalu kecil kalau target kita hanya ingin masuk Senayan,” ujar Jokowi.
Ketika keesokan harinya ditanya wartawan mengenai apa dukungan yang bisa diberikannya kepada PSI, Jokowi tidak menjelaskannya secara gamblang. Dia hanya mengatakan akan “mendukung penuh”.
“Kalau full mendukung artinya harus bekerja keras. (saya) Bisa di depan, juga bisa di belakang, di tengah juga bisa,” kata Jokowi pada Minggu malam (20/7) seperti dikutip dari Tempo.
Mantan Presiden Joko Widodo berpidato pada kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo, 19-20 Juli 2025. (Youtube/PSI)
JOKOWI SEBAGAI PATRON BAGI PSI ATAU MENGINCAR PARTAI BESAR?
Pengamat mengatakan bahwa dukungan yang bisa diberikan Jokowi kepada PSI adalah hadir menjadi patron atau figur sentral bagi partai yang kebanyakan diisi anak-anak muda tersebut.
“Secara tidak langsung Jokowi akan menjadi patron. Selama ini kelemahan PSI adalah mereka tidak memiliki patron yang cukup kuat,” kata Ambang Priyonggo, Asisten Profesor Komunikasi Politik di Departemen Jurnalisme Digital Universitas Multimedia Nusantara, kepada CNA Indonesia.
Advertisement
“Jokowi bisa memberikan pengaruh ke publik, sehingga dia akan mendukung di balik layar.”
Hal serupa disampaikan oleh Agung Baskoro, pengamat politik dari lembaga Trias Politika Strategis, yang mengatakan hubungan Jokowi dan PSI saling menguntungkan.
“PSI butuh figur seperti Jokowi. Sementara Jokowi butuh kendaraan (politik) sebagai perisai dari serangan-serangan politik terhadap dirinya dan keluarganya, termasuk melindungi legasi dan pengaruhnya,” kata Agung.
Analis komunikasi politik sekaligus founder lembaga survei KedaiKOPI Hendri Satrio mengatakan Jokowi memiliki tugas besar untuk menaikkan reputasi PSI sehingga dia akan “all out”. Pasalnya, kebangkitan PSI juga akan mendongkrak pamornya lagi.
“Kalau PSI runtuh, beban malunya ada pada Jokowi. PSI ingin melimpahkan beban berat ini (me