Home Business Sektor Manufaktur Indonesia: Pertumbuhan di Tengah Tekanan Global dan Domestik

Sektor Manufaktur Indonesia: Pertumbuhan di Tengah Tekanan Global dan Domestik

8

Sektor manufaktur Indonesia telah mengalami volatilitas yang signifikan pada paruh pertama tahun 2025. Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Global S&P menunjukkan tanda-tanda penguatan awal, naik ke 53,6 pada bulan Februari—tertinggi di Asia Tenggara pada saat itu. Namun, indeks tersebut turun tajam menjadi 46,7 pada bulan April, menandai kontraksi paling tajam sejak Agustus 2021, sebelum sedikit pulih ke 47,4 pada bulan Mei.

Penurunan PMI ini menandakan melemahnya permintaan domestik dan menyusutnya ekspor, khususnya ke Amerika Serikat. PHK, yang berjumlah lebih dari 24.000 pekerja pada bulan Mei, semakin mengurangi belanja konsumen. Biaya input meningkat sementara produsen menanggung beban tersebut, yang menyebabkan berkurangnya aktivitas pembelian dan pengurangan persediaan.

Meskipun terdapat kemunduran, indikator-indikator struktural menunjukkan adanya tingkat ketahanan yang mendasarinya. Selama lima kuartal terakhir, sektor manufaktur nonmigas secara konsisten memberikan kontribusi sekitar 17 persen terhadap PDB Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa sektor manufaktur tumbuh 4,31% year-on-year pada Q1 2025, dengan subsektor makanan dan minuman tumbuh sebesar 6,04%. Statista memproyeksikan nilai tambah manufaktur mencapai USD 216,62 miliar pada tahun 2025, didukung oleh 25.000 perusahaan dan 6 juta pekerja.