Home Berita Mengetahui ular Weling, “pembunuh diam -diam” yang mengalahkan yang kalah

Mengetahui ular Weling, “pembunuh diam -diam” yang mengalahkan yang kalah

12

Jakarta (ANTARA) – Belum lama ini, beredar kabar duka tentang seorang anak bernama Rafa, bocah berusia 12 tahun asal Pekalongan, Jawa Tengah, yang meninggal dunia setelah digigit ular weling. Rafa sempat menjalani perawatan intensif dan koma selama satu bulan sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.

Peristiwa bermula saat Rafa digigit ular berbisa jenis weling di kediamannya pada Senin (16/6). Ia sempat dilarikan ke RSUD Kajen, namun kondisinya terus menurun. Rafa kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Islam (RSI) PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, lalu dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi pada (9/7). Sayangnya, upaya medis tak membuahkan hasil, dan Rafa meninggal dunia pada, Minggu 20 Juli 2025, saat menjalani perawatan intensif di RSUP Dr Kariadi, Semarang.

Kabar ini mengundang perhatian publik, terutama karena jenis ular yang menggigit Rafa dikenal memiliki penampilan unik bermotif belang hitam putih yang sekilas tampak indah.

Tapi siapa sangka, di balik tampilan-nya yang “cantik”, ular weling menyimpan racun mematikan. Lantas, seperti apa sebenarnya ular weling ini? Berikut ulasan selengkapnya mengenai ciri, habitat, dan tingkat bahaya ular weling yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

Ular Ular Mantel

Ular weling, yang memiliki nama ilmiah “Bungarus White,” dikenal sebagai salah satu jenis ular paling mematikan di dunia. Spesies berbisa ini banyak ditemukan di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan cukup sering dijumpai di lingkungan sekitar manusia.

Penyebaran ular weling mencakup sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Di Indonesia sendiri, ular ini banyak ditemukan di pulau-pulau besar seperti Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Meski sering hidup di alam liar, ular ini juga bisa muncul di daerah pemukiman warga.

Secara fisik, ular weling memiliki kepala kecil dan tubuh ramping, dengan panjang sekitar 1 hingga 1,6 meter. Tubuhnya dihiasi pola belang berupa garis hitam kebiruan yang berselang-seling dengan warna putih atau kuning pucat, sementara bagian bawah tubuhnya berwarna putih bersih.

Karena tampilan-nya yang mencolok, banyak orang terkecoh dan mengira ular ini tidak berbahaya. Padahal, gigitannya bisa sangat fatal racun-nya menyerang sistem saraf dan tingkat kematian tanpa penanganan medis bisa mencapai 60–70 persen.

Perbedaan ular weling dan welang

Banyak orang masih kerap keliru membedakan antara ular weling dan ular welang, padahal keduanya merupakan dua spesies yang berbeda. Meski sama-sama termasuk dalam keluarga Elapidae kelompok ular berbisa yang juga mencakup kobra ular ini memiliki perbedaan yang cukup mencolok.

Camilan ular (Bungarus White) dikenal dengan pola warna hitam dan putih yang mencolok, sedangkan ular welang (Bungarus fascia) memiliki kombinasi warna hitam dan kuning. Selain perbedaan warna, bentuk kepala keduanya juga berbeda.

Kepala ular weling tampak menyatu dan tidak begitu menonjol dari tubuhnya, sementara ular welang memiliki bentuk kepala yang lebih tegas dan menyerupai segitiga.

Habitat dan reproduksi ular weling

Dari sisi habitat, ular weling lebih fleksibel dan mampu hidup di berbagai lingkungan, termasuk area yang dekat dengan permukiman manusia. Sebaliknya, ular welang cenderung memilih habitat yang lebih alami seperti hutan atau daerah terpencil, meski sesekali juga bisa ditemukan di sekitar pemukiman.

Ular ini tergolong hewan nokturnal, yang berarti aktif berburu di malam hari. Mangsanya antara lain tikus, katak, dan hewan kecil lainnya. Saat berburu, ular weling dikenal tenang dan lambat, namun dapat menyerang secara tiba-tiba dengan kecepatan tinggi.

Dalam hal reproduksi, ular weling berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). Ular betina dapat menghasilkan sekitar 10 butir telur yang biasanya menetas saat musim panas. Uniknya, anak-anak ular yang baru menetas sudah memiliki bisa dan mampu memangsa sejak awal.

Bisa atau meracuni ular beiling

Ular weling tergolong sebagai ular dengan bisa yang sangat kuat. Racun-nya termasuk jenis Neurotoksinyakni racun yang bekerja menyerang sistem saraf tubuh.

Ular ini sering disebut sebagai “pembunuh senyap” atau “pembunuh diam -diam” karena gejala awal akibat gigitannya kerap tidak terlihat jelas. Berbeda dengan gigitan ular berbisa lain seperti kobra yang biasanya menimbulkan pembengkakan, gigitan ular weling justru sering tak menunjukkan tanda-tanda bengkak di area yang tergigit meski dampaknya sangat mematikan.

Menurut para ahli herpetologi, racun ular weling mengandung dua zat utama: α-Bungarotoksin dan β-Bungarotoksin. Kedua zat ini bekerja dengan menghambat sinyal antara saraf dan otot, yang dapat menyebabkan kelumpuhan, termasuk pada otot pernapasan.

Tanpa bantuan alat bantu napas atau penanganan antivenom yang cepat dan tepat, gigitan ular ini bisa berujung pada kematian hanya dalam hitungan jam hingga beberapa hari.

Baca juga: Peneliti: Bisa ular weling lebih mematikan dibanding kobra

Baca juga: Balita di Cirebon meninggal digigit ular weling

BACA JUGA: Seorang anak di akhir Bandung mati ular mati

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Source link