Home Business Perilaku window-shopping perlu dikaji lebih lanjut: BPS

Perilaku window-shopping perlu dikaji lebih lanjut: BPS

10

Jakarta (ANTARA) – Fenomena window-shopper, yang biasa dikenal sebagai rojali (kelompok pengunjung mal yang tidak berbelanja), perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya, baik secara sosial maupun ekonomi, demikian disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS).

Kelompok-kelompok ini belakangan ini menjadi sorotan publik, ujar Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, di Jakarta, Jumat.

“Bisa jadi untuk menyegarkan diri, atau karena ada tekanan ekonomi, terutama bagi mereka yang (dianggap) berada di kelas rentan; sehingga mereka pergi ke mal tanpa membeli apa pun dan sebagainya,” jelasnya.

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional 2025, konsumsi masyarakat kelas atas mulai menurun. Namun, karena kecenderungan ini terbatas pada beberapa kelompok, hal ini belum memengaruhi dinamika kemiskinan.

Hartono mengatakan bahwa fenomena rojali dapat menjadi sinyal bagi para pembuat kebijakan untuk juga memperhatikan daya beli dan stabilitas ekonomi kelas menengah ke bawah, selain mengurangi kemiskinan.

“Perlu dikaji, apakah fenomena rojali ini hanya (terbatas) pada kelas atas, menengah, rentan, atau bahkan miskin. Kita belum melakukan survei rojali,” tambahnya.